*6
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Dibalik Kiswah Kain Penutup Ka'bah

Ajarul Aswad sebutan lain nama Ka'bah diyakini umat muslim sebagai pusat kiblat  Sholat dan tempat berkumpulnya semua umat muslim seluruh dunia dalam melaksanakan ibadah umroh dan haji.  Berita tentang Ka’bah selalu menjadi sorotan termasuk fenomena yang sering terjadi dibelahan bumi Arab Saudi.

Sejarah dibalik penggantian Kiswah Ka'bah

Penggantian Kiswah atau kain penutup Ka'bah menjadi rutinitas setiap tanggal 9 dzulhijjah mengikuti jejak Nabi Muhammad dan para sahabatnya.  Dilaporkan bahwa setelah penaklukan Mekkah pada tahun kesembilan Hijriah, Nabi menutupi Ka'bah dengan pakaian Yaman saat dia menunaikan ibadah haji. Kiswa diganti setelah jamaah pergi ke Gunung Arafah, sebagai persiapan untuk menerima jamaah keesokan harinya, yang bertepatan dengan Idul Adha.

Sementara itu, bagian bawah kiswa diangkat sekitar 3 meter untuk menutupi area yang ditinggikan dan lebarnya sekitar dua meter dari keempat sisinya. Langkah tersebut dirancang sebagai tindakan pencegahan untuk menjaga keamanan dan keamanan Kiswa dan mencegah gangguan terhadapnya

Warna penutup Ka'bah telah berubah secara teratur selama berabad-abad. Nabi Muhammad menutupinya dengan kain Yaman bergaris putih-merah, dan Abu Bakar Al-Siddiq, Umar ibn Al-Khattab, dan Utsman ibn Affan menutupinya dengan warna putih. Ibn Al-Zubayr menutupinya dengan brokat merah.

Pada zaman Abbasiyah, sekali dibungkus dengan warna putih dan sekali dengan warna merah, sedangkan Sultan Seljuk menutupinya dengan brokat kuning. Khalifah Abbasiyah Al-Nassir mengubah warna Kiswa menjadi hijau dan kemudian menjadi brokat hitam, dan ini tetap warnanya hingga saat ini.

Dr. Fawaz Al-Dahas, direktur Pusat Sejarah Makkah, mengatakan kepada Arab News: “Ka'bah ditutupi sekali dalam warna putih, sekali dalam warna merah, dan sekali dalam hitam, dan pilihan warna didasarkan pada sarana keuangan di setiap zaman."

Kain Qubati dibawa dari Mesir dan merupakan salah satu jenis kain terbaik yang digunakan untuk menutupi Ka'bah. Yamani Kiswa juga merupakan kain berkualitas dan paling terkenal pada saat itu.

Tentang mengapa warna berubah seiring waktu, Al-Dahas mengatakan putih adalah warna yang paling terang, tapi tidak tahan lama. Seringkali menjadi sobek, kotor, dan najis saat peziarah menyentuhnya dan karena tidak praktis atau tahan lama diganti dengan brokat hitam-putih dan shimla, yang digunakan untuk menutupi tenda Arab.

Kiswah Berubah Seiring Waktu

Proses penggantian kain penutup Ka'bah ini memakan waktu beberapa jam karena seiring berjalan waktu bahan penutupnya bukan sembarang kain. Kain Kiswah Kabah dibuat dari kain sutra murni pilihan, serta di permukaannya dihiasi bordiran ayah-ayat suci Alquran yang dikemas dalam bentuk hiasan kaligrafi. Benang yang digunakan disepuh dengan emas dan perak. Kain Kiswa terdiri dari 47 potong dengan ukuran lebar 95 cm dan tinggi 9 m. Untuk menutupi seluruh bagian Kakbah, seluruh kain disambungkan satu per satu.

Ka’bah memiliki 4 sisi atau dalam bahasa Arab disebut Rukun, yaitu Rukun Iraqi terletak di utara, Rukun Yamani di selatan. Rukun Hajar Aswad di timur, dan Rukun Syami merupakan sisi barat. Pada setiap sisi atau Rukun, Kiswah atau kelambu Ka’bah dihiasi dengan tulisan ayat ayat al-Qu’an yang berhubungan dengan haji dan umrah dan ayat lainnya. ( berbagai sumber dan arabnews )

Posting Komentar untuk "Sejarah Dibalik Kiswah Kain Penutup Ka'bah"