Kisah Bagaimana Sandal Jepit Bermula
Sandal jepit telah memainkan peran penting selama ribuan tahun dalam banyak budaya didunia. Tidak ada alas kaki yang mudah dilepas dan dipasang serta sangat nyaman selain sandal jepit. Sandal dengan model pembatas diantara ibujari dan jari kaki telunjuk menjadi pilihan yang cocok disegala musim
Dalam budaya kita Indonesia, sandal jepit atau selop menunjukan sebuah sandal yang bagian tengahnya berbentuk V, menjepit antara jari kaki agar tidak mudah lepas. Bahannya pun terbuat dari karet, tanpa hak, lepek. Jadi bukan sandal jepit namanya bila modelnya tidak sama dan bahannya berbeda.
Lalu bagaimana sejarah sandal jepit ini bermula
Dari Mesir Kuno hingga para prajurit Perang Dunia II, sandal jepit memiliki dampak besar pada sejarah mode dan alas kaki. Sandal ini makin berevolusi seiring perkembangan jaman, mulai dari bahan pembuatan hingga motif warna dan modelnya
Sandal Jepit Mesir Kuno
Penggunaan sandal jepit paling awal terlihat sekitar 4000 SM di Mesir Kuno. Banyak pahatan dan gambar kuno menunjukkan subjek mengenakan sandal jepit, termasuk bangsawan dan warga biasa. Sandal jepit yang dikenakan orang Mesir kebanyakan terbuat dari papirus dan serat tumbuhan lainnya.
Sandal Jepit di Amerika
Suku-suku kuno Amerika Selatan juga memakainya. Sandal jepit ini terbuat dari serat tanaman anyaman. Mereka menahan kaki pemakainya dengan disol dan modelnya menggunakan tali berbentuk V, yang dikenakan di antara jari kaki pertama dan kedua.
Sandal Jepit Afrika
Banyak suku gurun kuno Afrika juga menggunakan sandal jepit untuk melindungi kaki mereka. Gurun pasir yang panas dan bebatuan tajam, mereka membutuhkan sesuatu yang lebih tahan lama dan dapat diandalkan untuk melindungi sandal jepit mereka. Karena suku-suku ini memiliki akses terbatas untuk membuat sandal dari bahan nabati yang lebih keras, akhirnya mereka menggunakan kulit mentah dan produk hewani untuk membuat sandal jepit mereka.
Sandal Jepit Asia Kuno
Budaya Asia seperti di India, warga negara dan bangsawan sama-sama mengenakan sandal jepit, dengan Paduka menjadi salah satu gaya yang lebih populer. Gaya ini menggunakan pasak kecil di antara jari-jari kaki sebagai pengganti tali untuk menahan kaki di sol.
Namun kebanyakan budaya di asia membuat sandal jepit yang terbuat dari jerami padi atau kain. Baik sandal jepit buatan China maupun Jepang, masing-masing dengan ciri dan desainnya sendiri. Zori Jepang adalah salah satu sandal jepit yang lebih ikonik, diakui di seluruh dunia karena popularitas dan prevalensinya dalam budaya pop.
Sebutan nama sandal jepit berdasarkan bahasa di berbagai negara
Afrika Selatan: slops
Amerika Serikat: sandals, flip-flops, go-aheads, thongs, dan zories
Argentina: ojotas.
Australia: thongs
Belanda: teenslippers
Brasil: sandálias atau chinelos
RRC: Hanzi tradisional: 拖鞋; Hanzi: tuōxié
Cili: sandalias atau chalas (informal)
Ceko dan Slowakia: žabky (kodok)
Denmark: klip-klappere
El Salvador: yinas dan chancletas.
Estonia: plätud.
Filipina: tsinelas dan slippers
Flanders: teensletsen
Ghana: chale wotes
Gibraltar: shanklas (dari bahasa Spanyolchanclas)
Guam: zorries (dari kata zōri)
Hongaria: vietnami papucs (selop vietnam)
India: Hawaii Chappal
Israel: כפכפי-אצבע(kafkafey-etsba, selop jari)
Italia: infradito(translasi literal: antarjari)
Jamaika: slippers atau sandals.
Jepang: beach sandal, disingkat "biisan"
Kanada: flip flops atau thongs
Kroasia: japanke
Malawi: ma slippasatau ma pata pata
Malaysia: selipar jepun(selop jepang)
Malta: karkur
Meksiko: chanclas
Myanmar: Pha Nut
Negara dan teritori berbahasa Prancis: tongs atau claquettes; Quebec: gougounes; negara Afrika berbahasa Prancis: tapettes.
Pakistan: chappals, qainchey chappals, atau Hawaiian chappals
Panama: chancletas, chinelas, atau chancletas "rock-'n-roll".
Polandia: japonki
Rumania: slapi
Rusia: vyetnamki, slancy
Selandia Baru: jandalsdari "Japanese sandals"
Spanyol: chancletasatau chanclas.
Sri Lanka: slippers atau Bata (dari nama produsen alas kaki)
St. Lucia: katapol.
Trinidad dan Tobago: slippers
Turki: tokyo, şipidik, parmak-arası
Uganda: makambos
Uruguay: chancletas
Venezuela: cholas
Yunani: sagionares (dari bahasa Jepang: sayōnara)
Dalam budaya kita Indonesia, sandal jepit atau selop menunjukan sebuah sandal yang bagian tengahnya berbentuk V, menjepit antara jari kaki agar tidak mudah lepas. Bahannya pun terbuat dari karet, tanpa hak, lepek. Jadi bukan sandal jepit namanya bila modelnya tidak sama dan bahannya berbeda.
Lalu bagaimana sejarah sandal jepit ini bermula
Dari Mesir Kuno hingga para prajurit Perang Dunia II, sandal jepit memiliki dampak besar pada sejarah mode dan alas kaki. Sandal ini makin berevolusi seiring perkembangan jaman, mulai dari bahan pembuatan hingga motif warna dan modelnya
Sandal Jepit Mesir Kuno
Penggunaan sandal jepit paling awal terlihat sekitar 4000 SM di Mesir Kuno. Banyak pahatan dan gambar kuno menunjukkan subjek mengenakan sandal jepit, termasuk bangsawan dan warga biasa. Sandal jepit yang dikenakan orang Mesir kebanyakan terbuat dari papirus dan serat tumbuhan lainnya.
Sandal Jepit di Amerika
Suku-suku kuno Amerika Selatan juga memakainya. Sandal jepit ini terbuat dari serat tanaman anyaman. Mereka menahan kaki pemakainya dengan disol dan modelnya menggunakan tali berbentuk V, yang dikenakan di antara jari kaki pertama dan kedua.
Sandal Jepit Afrika
Banyak suku gurun kuno Afrika juga menggunakan sandal jepit untuk melindungi kaki mereka. Gurun pasir yang panas dan bebatuan tajam, mereka membutuhkan sesuatu yang lebih tahan lama dan dapat diandalkan untuk melindungi sandal jepit mereka. Karena suku-suku ini memiliki akses terbatas untuk membuat sandal dari bahan nabati yang lebih keras, akhirnya mereka menggunakan kulit mentah dan produk hewani untuk membuat sandal jepit mereka.
Sandal Jepit Asia Kuno
Budaya Asia seperti di India, warga negara dan bangsawan sama-sama mengenakan sandal jepit, dengan Paduka menjadi salah satu gaya yang lebih populer. Gaya ini menggunakan pasak kecil di antara jari-jari kaki sebagai pengganti tali untuk menahan kaki di sol.
Namun kebanyakan budaya di asia membuat sandal jepit yang terbuat dari jerami padi atau kain. Baik sandal jepit buatan China maupun Jepang, masing-masing dengan ciri dan desainnya sendiri. Zori Jepang adalah salah satu sandal jepit yang lebih ikonik, diakui di seluruh dunia karena popularitas dan prevalensinya dalam budaya pop.
Sebutan nama sandal jepit berdasarkan bahasa di berbagai negara
Afrika Selatan: slops
Amerika Serikat: sandals, flip-flops, go-aheads, thongs, dan zories
Argentina: ojotas.
Australia: thongs
Belanda: teenslippers
Brasil: sandálias atau chinelos
RRC: Hanzi tradisional: 拖鞋; Hanzi: tuōxié
Cili: sandalias atau chalas (informal)
Ceko dan Slowakia: žabky (kodok)
Denmark: klip-klappere
El Salvador: yinas dan chancletas.
Estonia: plätud.
Filipina: tsinelas dan slippers
Flanders: teensletsen
Ghana: chale wotes
Gibraltar: shanklas (dari bahasa Spanyolchanclas)
Guam: zorries (dari kata zōri)
Hongaria: vietnami papucs (selop vietnam)
India: Hawaii Chappal
Israel: כפכפי-אצבע(kafkafey-etsba, selop jari)
Italia: infradito(translasi literal: antarjari)
Jamaika: slippers atau sandals.
Jepang: beach sandal, disingkat "biisan"
Kanada: flip flops atau thongs
Kroasia: japanke
Malawi: ma slippasatau ma pata pata
Malaysia: selipar jepun(selop jepang)
Malta: karkur
Meksiko: chanclas
Myanmar: Pha Nut
Negara dan teritori berbahasa Prancis: tongs atau claquettes; Quebec: gougounes; negara Afrika berbahasa Prancis: tapettes.
Pakistan: chappals, qainchey chappals, atau Hawaiian chappals
Panama: chancletas, chinelas, atau chancletas "rock-'n-roll".
Polandia: japonki
Rumania: slapi
Rusia: vyetnamki, slancy
Selandia Baru: jandalsdari "Japanese sandals"
Spanyol: chancletasatau chanclas.
Sri Lanka: slippers atau Bata (dari nama produsen alas kaki)
St. Lucia: katapol.
Trinidad dan Tobago: slippers
Turki: tokyo, şipidik, parmak-arası
Uganda: makambos
Uruguay: chancletas
Venezuela: cholas
Yunani: sagionares (dari bahasa Jepang: sayōnara)
Posting Komentar untuk "Kisah Bagaimana Sandal Jepit Bermula"