Kunjungan Sesaat di Kota Samarinda

Berkunjung menuju kota Samarinda  seakan saya diingatkan kembali untuk pulang kampung. Dulu, setelah tamat SMA, saya langsung merantau di Jakarta bekerja sebagai buruh pabrik, mengumpulkan bekal untuk kuliah. Biasanya jadwal mudik jelang lebaran, harus menyebrang melalui pelabuhan Merak ke Bakauheni. 

Begitulah yang saya rasakan mengunjungi Samarinda. Hatipun mulai terenyuh melihat beberapa penumpang naik kapal tanpa kendaraan, berharap bisa sampai tujuan, bekerja atau menanti bertemu keluarga. Hidup memang melalui proses perjuangan panjang, melelahkan

Dan ketika saya sampai di kota ini, lagi-lagi saya hanyut dalam kenangan melihat sungai Mahakam yang mengelilingi kota tepian ini. Entah kapan terakhir kali saya melihat sungai tanah kelahiran, dimana saya bisa menikmati matahari senja lalu berenang sepuasnya. Dan pemandangan gedung tinggi dengan hiruk pikuk kehidupan kota bukanlah tujuan utama yang saya cari di ibukota provinsi Kalimantan Timur ini

Saya maklumi perkembangan kota ini belum semodern kota besar lain, masih banyak yang harus dibenahi, terutama di tepian sungai Mahakam yang jadi wisata kota. Pemandangan yang tampak adalah kapal-kapal nelayan, tongkang membawa batubara, bangunan mesjid kecil berdiri diatas sungai dan tempat duduk bagi warga dan wisatawan. Mungkin perlu dirapikan agar tidak terkesan kumuh dan sampah-sampah tidak mencemari sungai Mahakam

Mengelilingi Samarinda di pagi hari masih tersisa genangan air di beberapa ruas jalan akibat hujan semalaman. Entah kenapa tidak tampak got tempat pembungan air, apakah karena ada sungai Mahakam yang mengelilinginya? Apa karena Samarinda terletak di dataran rendah ?. Entahlah, meski cuma sesaat berkunjung dan  belum puas mengelingi kota ini karena harus berpacu dengan waktu, semoga suatu saat bisa kembali kesana. Semoga pula Samarinda makin tertata rapi, bersih dan maju, dan Samarinda mengingatkan diriku untuk pulang, mengunjungi kampung halaman nun jauh disana. Terima Kasih Samarinda

Berbagi :