*6
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Kerajaan dan Peninggalan Sriwijaya dan Literatur China

Kerajaan Sriwijaya mampu membangun  sebuah candi-candi seperi, Candi Kalasan, Candi Sari, candi Borobudur (Ilustrasi Kehidupan sang Budha terdapat pada relief candi ini, Terdapat 504 Patung Budha sebesar besar Manusia, Candi Mendut, Candi Prambanan.

Sebuah negara Maritim gagah dan berkuasa biasanya terletak dipinggir laut yang dapat mengatur keamanan lalu lintas laut di daerah itu, dengan kewibawaan yang melekat pada negara tersebut. Asal kata Maritim adalah mare, (bahasa latin yang beaerti laut). Letak ibu kota Sriwijaya di pinggir sungai tapi tetap menguasai perdagangan  jalur laut tersebut.

Datuk Sriwijaya Dipunta Hiyang Sri Jayanaga, dikenal oleh kawan dan lawan "King Of the Mountains and lord of the Isles" (Raja Pegunungan dan yang Dipertemuan di Kepulauan). Daerah kekuasaan Sriwijaya meliputi seluruh Sumatra dan Semenanjung Malaysia. Puncak zaman keemasan Sriwijaya adalah sekitar abad ke-7, karena benar-benar mengendalikan Selat Malaka, sumatera bagian Utara, semenanjung Malaysia dan Jawa Barat. Salah satu  Datuk Sriwijaya, Balaputra Dewa pada abad ke-9 secara tetap manyantuni para bhiksu dan universitas Nalandadi Bahar Selatan, india. Perlu dicatat bahwa agama Budha di india Timur sudah hampir menghilang pada abad ke-13.

Atisha, seorang Bhiksu asal india sebelum menyebarkan agama Budha Tantri di Tibet, juga belajar di  Palembang dari 1015-1027. Dia belajar pada guru Dharmapala. Menurut Prasasti Besar Laiden, pada akhir abad ke-10, Sriwijaya mencapai puncak kejayaan sebagai ilmu pengetahuan agama Budhah, pada masa Datuk Cudawanirwaman dan anaknya Datuk Marawija yottunggawarman.

Kedatuka Sriwijaya dalam Literatur Cina dikenal dengan  nama :
1. Cho-Li-fo-Che          4. Fo-Shin                       7.Kan-To'li = Palembang
2. San -Fo-Thi              5. Cho-Jo-Kua
3. Chiya-Ta               6. Yin-Yai-Sheng-Lan

Dalam Literatur Arab, Sriwijaya dikenal sebagai  dengan nama :
1.Sribaza                  2.Saribasah                3.Fa-lim-ban


Sebagai negara Melayu. Kedatukan Sriwijaya adalah pusat Kesusastraan melayu tertua dikawasan sendiri.ini dibuktikan apa yang tertuang dalam Prasasti Kedukan Bukit dan lain-lainnya Prasasti berbahasa resmi yaitu Melayu Kuno berhuruf Palawa.

I-Tsing juga melaporkan terdapat sejumlah kira-kira 150.000 Mahasiswa termasuk dari manca negara yang belajar di Bumi Sriwijaya setiap  Mahasiswa  luar yang menuntut ilmu diharuskan belajar  bahasa melayu(K'un'lun) dahulu. Dibantu oleh empat orang sarjana dibawanya dari China daratan , I-Tsing menulis karyanya dan dikirimkannya  ke China Pada tahun 692 M. Dia dapat mengarang dua buah buku sejara waktu itu.   Datuk-datuk Sriwijaya-Palembang Sejak(683M) :

Leluhur Palembang
Pada zaman Sriwijaya, bangsa-bangsa lain mengincar kedudukkannya yang strategis kerajaan yang menguasai perniagaan perniagaan di daerah penghubung negeri Barat dengan Timur Dekat (Cina) itu. Selaian letaknya yang strategis, daerah ini menghasilkan komoditas penting, seperti lada, kopi, hasil hutan misalnya rotan, kayu, gading gajah, dan cula badak.

Banyaknya ekspedisi yang menyerang melalui laut kerajaan lain  di Asia Selatan yang menyerang Sriwijaya, membawa pengaruh buruk kepada kedatuk-an. Setelah diserang berkali-kali oleh Raja Cola dari India kerajaan Sriwijaya mulai melemah.Setelah serangan pada 1023, pada 1025 diserang lagi oleh raja Cola, datuk sriwijaya benar-benar kalah dan harta kerajaan di rampas oleh raja Cola pulang kenegaranya. Berkuasalah bajak laut Cina setelah Raja Cola pulang kenegaranya.Untuk sementara Ibu Kota Sriwijaya menjadai sarang bajak laut yang memeras kapal-kapal niaga serta hasil bumi.

Sedikit demi sedikit, para bajak laut dapat dikalahkan dan kewenanganya sebagai negara maritim pulih. Kerajaan di Jambi mencoba mengambil tempat Kedatukan. Ini tidak berjalan lancar karena kerajaan melayu sendiri adalah jajahan Majapahit. Sriwijaya kembali mengirim lagi utusan ke Cina pada 1028 yang datuknya waktu itu bernama Sridewa.

"The Wallet City of  Palembang ". Pada 1023 Raja Cola, India Muka, bernama Rajendra Coladewa (Kemenakan Datuk Sriwijaya sendiri) dalam ekspedisi pertamanya menyerangan Sriwijaya, menceritakan bahwa Kota Palembang mempunyai tiga lapis gapura (pintu masuk), indah ('permata keindahan'), permai ('Harta keemasan') dan kuat ('pertahanan') pintu terakhir ini juga dijuliki Widhya Dharma Terama.

Prasasti Tanjore (1030 M) menulis bahwa ibu kota Palembang berpagar (walled capital city) Palembang tersebut dari batu bata dan panjang pagar puluhan li. (10 li=3 mil=5 1/2 Kilometer). Kedatuk-an membuat tembok tinggi yang kekar dengan garis lingkaran puluhan li mengelilingi ibu kotanya, "menurut prasasti Tanjore.

Posting Komentar untuk "Sejarah Kerajaan dan Peninggalan Sriwijaya dan Literatur China"