Memaknai Moment Idul Adha
Hidup adalah sebuah sebuah buku jika kamu tidak pernah membalik halaman maka kamu tidak akan pernah tahu apa yang dipegang bab selanjutnya
Entah berapa kali moment Idul Adha berlalu tak membekas, berapa kali lagi hari lebaran yang harusnya dimaknai dengan pengorbanan, justru hanya meninggalkan moment maaf sana sini, silaturahim kesana kemari, lalu berujung sebar kebahagiaan di sosial media. Hanya sebegitukah kita memaknai setiap lebaran tiba.
Entah berapa kali moment Idul Adha berlalu tak membekas, berapa kali lagi hari lebaran yang harusnya dimaknai dengan pengorbanan, justru hanya meninggalkan moment maaf sana sini, silaturahim kesana kemari, lalu berujung sebar kebahagiaan di sosial media. Hanya sebegitukah kita memaknai setiap lebaran tiba.
Mari kita luangkan banyak waktu untuk mengunjungi diri sendiri, menengok diri sendiri. Barangkali dia tidak sedang baik-baik saja atau kitanya sudah banyak lupa karena terlalu sibuk mengejar dunia dan menyelidik aib manusia. Hingga merasa bahwa diri sendiri tak lagi butuh untuk ditata demi memantaskan diri dihadapanNya
Wahai diri, Idul Adha bukan semata moment mereka yang sedang berhaji, bukan pula sekedar berqurban hewan demi nama dan gugurkan kewajiban. Idul Adha adalah moment istimewa bukan saja tentang membuang sifat setan dalam diri agar kita tak lagi dijadikan korban oleh setan, juga mengabdikan diri sebagai alat dari perpanjang tangan Allah, berjuang, berkorban semata karena Nya
Karena semakin banyak orang menjadi egois dan tidak mau dikalahkan, enggan disalahkan. Jangankan menolong orang lain, peduli saja rasanya sangat malas, boro-boro mengakui kesalahan. Padahal, saat kita mendahulukan orang lain, yang untung bukanlah orang itu tapi diri kita sendiri. Peduli pada kesulitan orang lain bukan berarti kita berniat ikut campur dalam urusan orang
Saat kita mengakui kesalahan dan meminta maaf pada orang lain, yang senang bukan orang lain tapi diri kita sendiri. Meminta maaf mengakui kesalahan berarti kita telah berhasil menaklukan sifat setan, sifat angkuh dan sombong dalam diri sendiri. Bukankah kita tidak mau disamakan seperti setan yang menganggap harga dirinya terlalu tinggi, merasa dirinya selalu benar, tidak mau mengabdikan diri pada sesama.
Kini Idul Adha sudah diambang pintu, mari kita tetap terjaga dan menjaga apa-apa yang di jadikan aturanNya. Menjaga diri dari sifat ujub, riya, takabur, membangun silaturohim dengan siapa saja, meminta maaf dan memaafkan kekurangan orang lain. Merangkul yang kecil dan meniadakan sikap merasa lebih dari orang lain.
Karena selama kita masih didunia berarti kita sedang bergaul dengan manusia bukan dengan malaikat. Jadi tidak ada yang sulit dan berat bila Allah menjadi tujuan, Allah selalu memberi arah, agar kita tak berhenti dalam melangkah menuju perbaikan. Biarkan hidup melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan ikuti saja alurnya dan taati perintah Nya. Bahagia itu pilihan.
Selamat Hari Raya Idul Adha, Mohon di Maafkan untuk semua keterbatasan. Kita semua saudara, saling menguatkan saling mengingatkan, saling mendukung maju bersama.
Posting Komentar untuk "Memaknai Moment Idul Adha"