*6
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nilai Raport Bukan Penentu Suksesmu



Pembagian raport baru saja berlangsung, satu persatu para wali murid datang memasuki kelas untuk melihat hasil pendidikan pelajaran sekolah anak mereka selama satu semester.

Dari raut wajahnya ada yang tampak sumringah bahagia karena melihat angka delapan memenuhi rapor anaknya. Ada juga yang sujud syukur berencana merayakan ketika ia tahu bahwa anaknya mendapat rangking kelas, dan sebagian lainnya ada yang tampak biasa saja namun tetap tenang meski nilai raport anaknya hanya biasa-biasa saja

Wahai ibu bapak, jangan terlalu bangga dengan nilai akademik raport anakmu. Hingga engkau pamerkan disana sini, yang melihat belum tentu ikut berdoa dan bahagia. Mau juara kelas, rangking satu dua dan tiga, atau mau ia diterima di perguruan tinggi bergengsi tanpa tes, bukanlah jaminan, bukan penentu kesuksesan

Dan jangan pula sedih lalu membanding-bandingkan anakmu dengan anak orang lain hanya karena nilai raportnya kurang baik. Raport itu hanya nilai angka, sementara, bukan berarti yang tidak rangking juara, atau nilai dibawah rata-rata tidak bisa mendapat tempat istimewa. Bukankah banyak para pejabat dan pengusaha sukses itu  lahir bukan dari raport sang juara

Bersaing itu bagus dan sehat, namun jangan terus membanding-bandingkan. Sebab setiap anak punya bakat dan kelebihan masing-masing. Setiap anak itu istimewa, satu sisi ia bisa menonjol di bidang ini, disisi lain bisa jadi ia kurang menonjol di bidang itu

Jadi biarkan mereka berkembang sesuai kemampuan dan bakatnya, tugas kita hanya mendidiknya bukan menentukan nasibnya masing-masing

Begitupun dengan para dewan guru disekolah, jangan terus nenilai kecerdasan muridmu dari nilai akademik, hingga kalian terus membanggakannya, dan memandang rendah murid yang kurang berprestasi. Yakinlah kesuksesan murid-muridmu bergantung bagaimana caramu mendidiknya. Berhentilah mengkotak-kotakan kelas untuk murid sipintar dan murid berprestasi rata-rata. 

Betapa banyak murid jadi tidak menghargai gurunya akibat kesalahan dalam mengajar. Betapa banyak guru menjadi malu dan menyesal ketika tahu murid yang dulu dianggapnya biasa saja ternyata memiliki masa depan istimewa, sedangkan murid yang dulu paling di sayang, di banggakan malah tidak menjadi apa-apa. 

Mari kita gali dan  dukung potensi anak, agar ketika mereka lulus akan melahirkan kemandirian usaha, bukan malah mencari lapangan pekerjaan

Posting Komentar untuk "Nilai Raport Bukan Penentu Suksesmu"