Fenomena Suka Barang Branded
You are what you wear, what your clothes reveal about you, Anda adalah apa yang Anda kenakan, Apa pakaian anda mengungkapkan tentang siapa anda. Istilah ini sudah menjadi budaya persepsi hampir semua orang, apa yang anda kenakan menunjukan siapa diri anda sebenarnya. Benarkah demikian?
Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, namun pada kenyataannya penampilan luar menjadi tolok ukur dalam menilai orang lain. Padahal penampilan urakan tidak berarti pribadinya berantakan, dan pakaian necis bukan berarti hanya milik orang baik dan the have, justru banyak juga berkeliaran para penjahat berpakaian rapi jauh terkesan bukan orang baik-baik.
Inilah fenomena yang terjadi di masyarakat, sesuatu yang ber-merk banyak diburu demi membangun sebuah citra dan harga diri. Wajar-wajar saja jika ada yang maniak dengan barang branded, karena memakai merk tertentu dianggap dapat meningkatkan kualitas diri, gaya hidup dan tentu saja bisa diterima dalam komunitas kaum berkelas. Oleh sebab itu, perusahaan berlomba-lomba membuat suatu produk dengan mengutamakan kualitas, mutu jaminan, sistem penyampaian produk dan harus mampu memenuhi selera konsumen meski harus dibandrol dengan biaya super extra,
Brand yang baik merupakan salah satu asset bagi perusahaan, dan dalam memahami prilaku konsumen dan pangsa pasar diutamakan untuk kaum wanita. Namun perusahaan harus terlebih dahulu mengerti atau paham tentang karakteristik konsumen mulai dari rangsangan dari luar maupun perasaan yang timbul dari dirinya sendiri.
Kok Malu Dengan Produk Lokal???
Memangnya ada apa sih dengan produk made in negara sendiri, hingga terkesan alergi mengenakan produk lokal. Persepsi yang kurang nyaman ini, disebabkan produk lokal belum mampu memenuhi standar QC ( Quality Control) seperti barang merk brand. Selain itu budaya kita tidak mampu menjaga mutu produknya dan pelayanannya kurang memuaskan para konsumen. Banyak pengrajin dan usaha menengah diawal peluncuran produk mampu menciptakan barang yang bagus namun ketika produk mereka tengah naik daun atau laris manis dipasaran, tiba-tiba saja menurunkan kualitas, dibuat asal-asalan karena sudah merasa produknya di percaya dan banyak peminatnya.
Ehh..Jangan tertipu dengan merk !!!
Tidak semua label / merk yang berbau bahasa asing itu milik orang bule, dan tidak semua merk branded itu buatan perusahaan luar. Disini saya tidak ingin merinci barang merk-merk tertentu milik orang kita...pamali katanya). Yang perlu kita ketahui bahwa seringkali produsen dan perusahaan konveksi menjual produknya pada agen dan reseller tertentu, dan tentu saja ketika barang sudah berpindah tangan, mereka-pun ikut mengganti label sesuai selera dan mengikuti merk dagang mereka (bukan lagi label produsen ). Hal itu banyak terjadi dipasaran, ada yang harus menjalani perjanjian tertulis untuk ganti label, bahkan banyak juga yang nakal tidak mengikuti perjanjian hukum, seperti tas merk LV palsu.
Mungkinkah brand dibeli diluar tapi ternyata buatan lokal???
Banyak lho perusahaan lokal mampu memproduksi produk merk ternama untuk di ekspor, salah satunya sepatu Nike, dsb. So jangan bangga dulu bila anda membeli barang luar tapi nyatanya made in Indonesia. Tidak sedikit produk tanah abang dan Bandung ditemukan di luar negri, jadi mengapa kita masih harus malu memakai produk Indonesia, sedangkan orang bule saja bangga memakai produk kita. Say Yess Aku Cinta Produk Indonesia.
Harusnya kita bangga bahwa Indonesia mampu memproduksi sepatu branded dengan mengikuti standar mutu Nike ala Amrik. Hanya saja sangat disayangkan, ketika salah satu produk mengalami cacat sedikit atau yang lebih dikenal dengan produk BS, maka barang tersebut dipasarkan di Indonesia, atau istilah kasarnya " kita buat barang terbaik orang lain menikmati, sedangkan yang jelek kita makan sendiri". Yaa, semoga saja tidak semua produsen menjual barang terbaiknya hanya untuk konsumsi orang luar.
Ibarat kata orang " orang kaya pakai barang apapun tetap saja dianggap mahal, lha coba kalau kita yang pakai, semahal apapun barang yang dipakai tetap saja dianggap beli murahan " Jadi kenapa juga harus korban merk, barang murah kalau nyaman dipakai dan enak dipandang justru lebih menenangkan daripada buang-buang duit semata mengikuti gaya hidup dan pengen dianggap oleh orang lain. Sederhana justru lebih menarik. Sayangi dan hormati diri sendiri
Posting Komentar untuk "Fenomena Suka Barang Branded "