*6
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cermin di November

Kembali November menjadi moment berharga dari perjalanan usia  Mengingat bulan kelahiran tak ubahnya seperti berkaca di depan cermin.
Entah apa yang harus aku lakukan dari pantulan diri di depanku. Terpaku dalam diam, sembari bergumam bahwa aku memang tak mampu merubah taqdir dari guratan usia

Cermin kembali menyaadarkanku tentang perjalanan yang pasti ada ujungnya, tentang waktu yang pasti ada batasnya. Usia tak hanya hitungan angka yang bisa di tambah dengan silaturohim dan sedekah atau bisa berkurang karena tuntutan permasalahan. Semua dalam genggaman Allah,. Sebagaimana aku masih di beri waktu untuk menulis, mengisi lembaran buku diri yang penuh coretan atau menghapus noda yang tertinggal, lalu beralih pindah ke halaman berikutnya atau malah menutup buku rapat-rapat.

Entahlah, yang aku tahu, aku masih di beri waktu. Satu hari hilang, akan hilang pula sebagian diri. Yah... Tidak ada hal yang berharga selain waktu. Tidak ada yang di sesali selain waktu yang berlari sia-sia. Waktu bukanlah sekedar kumpulan menit jam dan hari, waktu tak hanya bercerita tentang pagi dan senja. Waktu bukan sekedar menunggu, memburu atau tertinggal. Waktu adalah nafasku yang tak mungkin akan kembali.

Entah berapa waktu lagi yang tersisa ketika orang-orang masih sibuk berencana tentang masa depan? Entah masa depan yang mana. Karena waktu tak pernah mengenal masa depan. Waktu tak juga mengajari tentang bagaimana masa depan, yang ku tahu bahwa manusia selalu belajar dari waktu yang berlalu

Saat ini detik ini, mungkin waktu masih mau bersahabat denganku, memenuhi ruang hati dengan nuansa bahagia. Sesaat kemudian bisa jadi kesendirian menjadi pelipur lara. Ada asa riang yang kadang sulit dibagikan, serta ada lara yang mudah terlontar dengan keluhan. Inilah hidup manusia.  Rasa syukur sering menjadi andalah ketika dalam teguran.

Bumi kembali di warnai hujan November. Di sela rintik air yang jatuh, bait-bait doa menghiasi relung kalbu. Semoga Allah tak menjadikan ku sibuk dalam hal-hal yang sia-sia. Bumi menjadi ladang amalku dan kematian menjadi nasehat yang tak terlupakan  Berbenah dan berubah. Terima kasih keluargaku, mendoakan agar umurku berkah, itu sudah merupakan kado terindah, bagiku. Sebelum buku tertutup rapat, selama itu aku berharap. Lembaran buku harus aku perbaiki dengan cepat sebelum telat
 ( 0411 )

- maaf hanya tulisan tentang diri sendiri -

Posting Komentar untuk "Cermin di November"