*6
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nasehat Imam Ghazali

Sekilas Tentang Imam al Ghazali
Bernama Abu Hamid  Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i. Dikenal pula dengan nama Imam al Ghazali atau Algazel di dunia Barat pada abad pertengahan.
Ia bergelar Abu Hamid karena salah satu anaknya bernama Hamid. Sedangkan gelar al Ghazali ath Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia

Imam Al-Ghazali dikenal sebagai seorang ulama besar sebagai penyandang gelar hujjatul Islam, karena belaannya yang cukup mengagumkan terhadap Islam, terutama terhadap beberapa ajaran yang dibawakan oleh kaum Batiniah. Salah satu ajaran Batiniah yang diserang olehnya adalah ajaran akidah mereka yang menyatakan bahwa imam bersifat maksum (terpelihara dari berbuat dosa, red). Secara gencar dan jelas Imam Al-Ghazali telah menunjukkan kesesatan kaum batiniah ini dalam bukunya Fadaa'ih al-Batiniyyah (kesesatan-kesesatan kaum batiniah).


Imam Al Ghazali  bernama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191). Para ulama nasab berselisih dalam penyandaran nama Imam Al Ghazali. Sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thusi, tempat kelahiran beliau. Ini dikuatkan oleh Al Fayumi dalam Al Mishbah Al Munir. Penisbatan pendapat ini kepada salah seorang keturunan Al Ghazali. Yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhamad bin Abi Thahir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah anaknya Situ Al Mana bintu Abu Hamid Al Ghazali yang mengatakan, bahwa telah salah orang yang menyandarkan nama kakek kami tersebut dengan ditasydid (Al Ghazzali).

Gelar yang disandang Imam al Ghazali yaitu al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia (kini Iran). Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa dia bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin.

Berikut Petikan Hikmah Nasehat Imam al Ghazali :

Jangan resah andai ada yang membencimu, karena masih banyak yang mencintaimu di dunia. Tapi resahlah jika Allah membencimu, karena tiada lagi yang mencintaimu di Akhirat. 

Hiduplah kamu bersama manusia sebagaimana pohon yang berbuah, mereka melemparinya dengan batu, tetapi ia membalasnya dengan buah

Hadapi kawan atau musuhmu itu dengan wajah yang menunjukkan kegembiraan, kerelaan penuh kesopanan dan ketenangan. Jangan menampakkan sikap angkuh dan sombong.

Jangan biarkan hati Anda mendapatkan kesenangan dengan pujian dari orang lain atau Anda akan sedih dengan kecaman mereka.

Lidah sangat kecil dan ringan tetapi dapat membawa Anda ke ketinggian terbesar dan dapat menempatkan Anda di kedalaman terendah.

Hidup beradab bukan hidup untuk biadab.

Carilah teman untuk menenangkan hati dan fikiran, maka perhatikanlah baik-baik tentang keselamatanmu dan kesejahteraannya.

Cinta adalah suatu kecenderungan terhadap sesuatu yang memberikan manfaat. Apabila kecenderungan itu mendalam dan menguat, maka ia dinamakan rindu. Sedangkan sebaliknya, benci adalah kecenderungan untuk menghindari. Apabila kecenderungan itu mendalam dan menguat, maka itu dinamakan dendam.

Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.

Teman seseungguhnya adalah ketika Anda memintanya untuk mengikuti Anda, dia tidak bertanya kemana atau dimana namun beranjak dan pergi.

Apa yang ditakdirkan akan menjadi milik Anda meskipun jika itu di bawah dua gunung. Dan yang bukan ditakdirkan untuk Anda tidak akan Anda dapat sekalipun hanya berada di antara kedua bibir Anda.

Belum pernah aku berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwaku sendiri, yang terkadang membantuku, dan terkadang menentangku.

Untuk kesehatan yang baik, kendalikan makananmu. Untuk jiwa yang baik, kendalikan dosa-dosamu, dan untuk keimanan yang baik, kirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Nafsu bisa membuat seorang Raja menjadi Budak. Sementara sabar bisa membuat seorang Budak menjadi Raja.

Jiwa manusia itu seperti cermin yang memantulkan bayangannya. Kebajikan akan membuat jiwa itu bersinar, sementara keburukan akan membuatnya gelap.

Sifat utama pemimpin ialah beradab dan mulia hati.

Barangsiapa yang menghabiskan waktu berjam-jam lamanya untuk mengumpulkan harta karena takut miskin, maka dialah sebenarnya orang yang miskin.

Kita adalah makhluk yang suka menyalahkan dari luar, tidak menyadari bahwa masalah biasanya dari dalam.

Bersungguh-sungguhlah engkau dalam menuntut ilmu, jauhilah kemalasan dan kebosanan kerana jika tidak demikian engkau akan berada dalam bahaya kesesatan.

Orang munafik mencari-cari kesalahan, sementara orang beriman mencari permintaan maaf.

Hiduplah kamu bersama manusia sebagaimana pohon yang berbuah, mereka melemparinya dengan batu, tetapi ia membalasnya dengan buah.

Jadikan kematian itu hanya pada badan kerana tempat tinggalmu ialah liang kubur dan penghuni kubur sentiasa menanti kedatanganmu setiap masa."

Jangan biarkan hati Anda mendapatkan kesenangan dengan pujian dari orang lain atau Anda akan sedih dengan kecaman mereka.

Jangan berteman dengan teman yang hanya ada ketika sehat atau kaya, kerana teman seperti itu sungguh berbahaya sekali bagi kamu di belakang hari

Jika melihat orang jahat, jangan anggap kita lebih mulia kerana mungkin satu hari nanti dia akan insaf dan bertaubat atas kesalahannya.

Pilih kawan yang berakal jangan pilih kawan yang bodoh kerana akan menjadi musuh dan menyakitkan hati.

Pengetahuan tanpa tindakan adalah sia-sia, dan tindakan tanpa pengetahuan adalah kegilaan

Maafkanlah temanmu yang sedang berbuat kesalahan dan jangan sekali-sekali mencelanya.

Kebahagiaan adalah ketika seseorang mampu menguasai nafsunya, sementara kesengsaraan adalah ketika seseorang dikuasai oleh nafsunya

Barangsiapa mengeluhkan karakter buruk orang lain, berarti ia telah mengungkapkan keburukan karakternya sendiri

Nasehat Imam Ghazali Pada Muridnya

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya, pertama,”Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah Mati. Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “masa lalu. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. “Apa yang paling besar di dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah Nafsu (Al A’Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini?”.Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Iimam Ghozali, tapi yang paling berat adalah “memegang AMANAH” (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”.Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah “meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara mengerjakan tugas kita tinggalkan sholat. Lantas pertanyaan ke enam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang… Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah lidah manusia. Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

( artikel revisi  )

Posting Komentar untuk "Nasehat Imam Ghazali"