*6
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kita di Taqdirkan Menjadi Pemenang


Artikel ini terinspirasi dari sumber lalu lintas yang masuk di blog, dengan menggunakan kata kunci " aku tak kuat hidup ", dan saya pun bingung juga membuat judul artikelnya. Bicara tentang hidup sama halnya bicara tentang permasalahan. Bukan hidup namanya bila tidak punya masalah. Saat kita berbagi masalah dengan orang lain, bukan tidak mungkin yang diajak bicara juga bermasalah atau punya masalah, dan lagi-lagi ia harus menerima dan mencari solusi dari masalah yang kita ceritakankan sedangkan masalahnya sendiri belum terselesaikan.

Banyak pandangan negatif bermunculan ketika melihat seseorang gagal dan sakit. Ada-ada saja pendapat yang datang, " oh...kena hukum karma, pasti banyak dosanya, karena miskin, karena ini itu, dan sebagainya. ". Mereka yang dirundung kegagalan dan kesulitan pun juga tak kalah menariknya berpikir dan berkeluh kesah " ach...Allah tidak adil, pasti karena si anu dan lain-lain "..sibuk mencari alasan dan kambing hitam. Dan sedikit yang berpikir positif di tengah kesulitan dan keberhasilan, sembari berucap " pasti ada rencana Allah yang lebih baik lagi, atau mungkinkah kesuksesan ini adalah ujian dari Allah ".

Sebagai manusia, kita sering mengikuti pemuikiran dan pandangan yang salah, yang merujuk dari hasil suatu usaha. Akibatnya yang tadinya tidak bermasalah, akhirnya menjadi masalah. Emosi yang sering membutakan mata hati akan melukai diri sendiri maupun orang lain. Padahal apa yang kita pikirkan, yang kita ucapkan, akan menghasilkan aksi dan reaksi dari sekitar kita, Jika pikiran negative yang kita utamakan maka akan menuai hasil yang negative pula. Sebaliknya bila pikiran positif yang dikedepankan maka membuat hari hari kita lebih berharga dan bermakna. 

Ada sebuah nasehat menarik dari Ali bin Abi Thalib :

Ketika aku memohon kepada Allah kekuatan, Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat.
Ketika aku memohon kepada Allah kebijaksanaan, Allah memberiku masalah untuk dipecahkan.
Ketika aku memohon kepada Allah kesejahteraan, Allah memberiku akal untuk berpikir.
Ketika aku aku memohon kepada Allah keberanian, Allah memberiku situasi bahaya untuk kuatasi.
Ketika aku memohon kepada Allah sebuah cinta, Allah memberiku orang-orang yang bermasalah untuk kutolong.
Ketika aku memohon kepada Allah bantuan, Allah memberiku kesempatan.
Aku tak selalu menerima semua yang kuminta. Tapi aku selalu menerima segala yang aku butuhkan.
Doaku terjawab sudah !

Hidup ini penuh warna, tidak seperti pelangi yang hanya muncul di waktu tertentu saja. Bagaikan siang dan malam, kita pun di pergilirkan oleh waktu dan masa. Seperti nasehat dari Ali bin Abi Thalib diatas, bila suatu saat kita dihadapkan dengan orang-orang bermasalah, bisa terjadi karena terkabulnya harapan dan doa kita yang ingin bermanfaat untuk sesama manusia. Bila kita berharap kekuatan dan kebaikan, maka Allah pun akan menghadiahkan buat kita beragam kesulitan dari orang-orang disekitar kita. Jangan mundur dan menyerah bila doa - doa dijawab oleh Allah. Allah tidak pernah memberikan kesulitan dan kebahagiaan melampaui kekuatan hambaNYA. Kita bermasalah karena diri kita sendiri-lah yang membuatnya bukan orang lain.

Tidak ada kemenangan tanpa pertempuran. Jangan takut tidak kuat menghadapi persoalan hidup, ada Allah yang mampu menopang seluruh kehidupan kita. Mungkin Allah tidak mengabulkan harapan kita saat ini, bukan karena IA tidak adil, melainkan ada rencana lain yang ingin Allah tunjukan pada kita. Mungkin Allah tidak membawa kita ke jalan yang cepat dan mudah, sering DIA membawa kita ke tempat yang penuh pergumulan untuk membentuk karakter kita, untuk menaklukan tantangan, untuk dapat melewati ujian yang Dia letakan atas hidup kita. Saatnya kita realistis dalam menyikapi berbagai keinginan, kebutuhan dan realita, sebab makin banyak keinginan justru akan membelenggu pikiran kita. 

Bila sejenak kita merenung dan bertanya, mengapa kita dilahirkan?, kenapa sampai saat ini kita masih bisa berdiri tegar setelah melewati beragam tantangan dan kesulitan? Jawabannya adalah karena kita dilahirkan sebagai pemenang, Taqdir tidak pernah menjadikan kita sebagai orang kalah, sebutan kalah, gagal, hanya dari sudut pandangan manusianya saja yang salah. Kita semua ditaqdirkan sebagai pemenang, tinggal selanjutnya kita memilih menjadi pemenang yang bagaimana dan untuk siapa. Maka jadilah pemenang untuk dirimu sendiri, atau untuk keluargamu, sahabatmu lebih-lebih untuk imanmu.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (Surah Al-Baqarah)

Posting Komentar untuk "Kita di Taqdirkan Menjadi Pemenang"