*6
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mutiara Hidup dari Imam Asy-Syafi'i

Imam Asy-Syafi'iy rahimahullaahu ta'ala pernah berkata,
"Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang akan menebasmu. Dan jiwamu jika tidak kau sibukkan di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan." (Dinukil oleh Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullaahu ta'ala dalam kitabnya Al-Jawaab Al-Kaafi hal, 109, dan Madaarijus Saalikiin, III/129)

Imam Syafi'i yang lebih banyak dikenal sebagai pencetus Mazhab Syafi'i . ( Mazhab merupakan bentuk isim makan dari kata “dzahaba”, artinya jalan atau tempat yang dilalui, sedangkan menurut istilah ulama ahli fiqih, mazhab adalah mengikuti sesuatu yang dipercayai ) . Beliau  adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan  tergolong kerabat dari Rasulullah, keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Bernama lengkap Muhammad bin Idris bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin Syaafi' bin As-Saaib bin 'Ubaid bin 'Abd Yaziid bin Haasyim bin Al-Muthollib bin 'Abdi Manaaf, sehingga nasab beliau bermuara kepada Abdu Manaaf kakek buyut Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Meskipun Al-Imam Asy-Syafi'i tidak banyak menulis sya'ir-sya'ir, akan tetapi sya'ir-sya'ir beliau banyak dianut / diamini oleh umat Islam didunia, dimana didalamnya terkandung makna yang sangat dalam dengan penggunaan kata-kata yang sederhana yang mudah dipahami.

Imam Syafi'i, sebelum wafat pernah memberikan nasehat kepada muridnya Imam Al-Muzany. Imam Al-Muzany bercerita: “Aku menemui Imam Asy-Syafi’iy menjelang beliau wafat, lalu aku bertanya, “Bagaimana keadaanmu pada pagi ini, wahai Ustadzku?” Beliau menjawab, “Pagi ini aku akan melakukan perjalanan meninggalkan dunia, akan berpisah dengan kawan-kawanku, akan meneguk gelas kematian, akan menghadap kepada Allah dan akan menjumpai kejelekan amalanku. Aku tidak tahu: apakah diriku berjalan ke surga sehingga aku memberinya ucapan kegembiraan, atau berjalan ke neraka sehingga aku menghibur kesedihannya.” Aku berkata, “Nasihatilah aku.”

Berikut ini petikan dari nasehat dan mutiara hidup beliau pada muridnya juga untuk kita semua,  semoga mampu membuka hati dan pandangan kita, untuk terus berbenah diri, mempertebal iman dan tetap istiqomah dijalan perbaikan.

1. Bertakwalah kepada Allah, permisalkanlah akhirat dalam hatimu, jadikanlah kematian antara kedua matamu, dan janganlah lupa bahwa engkau akan berdiri di hadapan Allah. 
2. Takutlah terhadap Allah ‘Azza wa Jalla, jauhilah segalah hal yang Dia haramkan, laksanakanlah segala perkara yang Dia wajibkan, dan hendaknya engkau bersama Allah di manapun engkau berada. 3. Janganlah sekali-kali engkau menganggap kecil nikmat Allah kepadamu -walaupun nikmat itu sedikit- dan balaslah dengan bersyukur. 
4. Jadikanlah diammu sebagai tafakkur, pembicaraanmu sebagai dzikir, dan pandanganmu sebagai pelajaran. 
5. Maafkanlah orang yang menzhalimimu, 
6. Sambunglah (silaturrahmi dari) orang yang memutus silaturahmi terhadapmu, 
7. Berbuat baiklah kepada siapapun yang berbuat jelek kepadamu, 
8. Bersabarlah terhadap segala musibah, dan berlindunglah kepada Allah dari api neraka dengan ketakwaan.
9. Hendaknya kejujuran adalah lisanmu,
10. Menepati janji adalah tiang tonggakmu,
11. Jadikanlah rahmat adalah buahmu, kesyukuran sebagai thaharahmu, 
12. Jadikanlah kebenaran sebagai perniagaanmu, 
13. Jadikanlah kasih sayang adalah perhiasanmu, 
14. Jadikanlah kecerdikan adalah daya tangkapmu, 
15. Jadikanlah ketaatan sebagai mata percaharianmu, 
16. Jadikanlah ridha sebagai amanahmu, 
17. Jadikanlah pemahaman adalah penglihatanmu, 
18. Jadikanlah rasa harapan adalah kesabaranmu, 
19. Jadikanlah rasa takut sebagai pakaianmu, 
20. Jadikanlah shadaqah sebagai pelindungmu, dan zakat sebagai bentengmu. 
21. Jadikanlah rasa malu sebagai pemimpinmu,
22. Jadikanlah sifat tenang sebagai menterimu, 
23. Jadikan tawakkal sebagai baju tamengmu, 
24. Jadikan dunia sebagai penjaramu, 
25. Jadikanlah Kefakiran sebagai pembaringanmu. 
26. Jadikanlah kebenaran sebagai pemandumu, 
27. Jadikan haji dan jihad sebagai tujuanmu, 
28. Al-Qur`an sebagai juru bicaramu dengan kejelasan, 
29. Jadikanlah Allah sebagai Penyejukmu. Barangsiapa yang bersifat seperti ini, surga adalah tempat tinggalnya.

Kemudian, Asy-Syafi’iy mengangkat pandangannya ke arah langit seraya menghadirkan susunan ta’bir. Lalu beliau bersya’ir :
Kepada-Mu -wahai Ilah segenap makhluk, wahai Pemilik anugerah dan kebaikan- kuangkat harapanku, walaupun aku ini seorang yang bergelimang dosa. Tatkala hati telah membatu dan sempit segala jalanku, kujadikan harapan pengampunan-Mu sebagai tangga bagiku. Kurasa dosaku teramatlah besar, tetapi tatkala dosa-dosa itu, kubandingkan dengan maaf-Mu -wahai Rabb-ku-, ternyata maaf-Mu lebihlah besar. Terus menerus Engkau Maha Pemaaf dosa, dan terus menerus. Engkau memberi derma dan maaf sebagai nikmat dan pemuliaan. Andaikata bukan karena-Mu, tidak seorang pun ahli ibadah yang tersesat oleh Iblis. bagaimana tidak, sedang dia pernah menyesatkan kesayangan-Mu,Adam. Kalaulah Engkau memaafkan aku, Engkau telah memaafkan seorang yang congkak, zhalim lagi sewenang-wenang yang masih terus berbuat dosa. Andaikata Engkau menyiksaku, tidaklah aku berputus asa, walaupun diriku telah engkau masukkan ke dalam Jahannam lantaran dosaku. Dosaku sangatlah besar, dahulu dan sekarang, namun maaf-Mu -wahai Maha Pemaaf- lebih tinggi dan lebih besar  [Tarikh Ibnu Asakir Juz 51 hal. 430-431]

Posting Komentar untuk "Mutiara Hidup dari Imam Asy-Syafi'i"