Belajar Memaafkan dan Meminta Maaf
Seperti kata Alm. Zainuddin. MZ " bila pedang lukai tubuh, masihkan ada harapan sembuh, namun jika lidah lukai hati, kemana obat akan dicari".
Manusia sebagai mahluk sosial dan hidup dalam keterikatan bermasyarakat, tentu saja tidak lepas dari khilaf dan salah. Seringkali kita bersinggungan dengan konflik, sadar atau tidak, tidak semua tindak tanduk dan perkataan kita di-amini oleh orang lain. Selalu ada perbedaan mengitari sekeliling kita, sebagai khazanah dan perbekalan dalam memahami sifat manusia.
Sifat yang menyertai setiap manusia tentu tidak sama, ada yang mudah tersinggung, sensitif, ada juga yang ingin selalu dihormati dan dianggap lebih, ada pula yang acuh tak acuh tapi perhatian, dsb. Ketika tindakan tidak sesuai dengan harapan kita dan bertolak belakang dengan kacamata orang lain, konflik bermunculan.
Tidak sedikit hanya karena bermula dari bercanda berujung bermusuhan, jadi berurusan dengan manusia memang super komplit harus banyak-banyak belajar memaklumi, banyak drama yang terlalu dibesar-besarkan meski kadang ujung dari suatu pertikaian berakhir dengan damai
Namun bagi orang dewasa mengapa proses memaafkan dan meminta maaf menjadi satu perbuatan yang berat dan enggan sulit dilakukan?. Tidak seperti anak kecil bisa dijalankan dengan mudah, karena manusia dewasa sudah mengalami banyak pengalaman pahit manis
Tidak Memaafkan Memberi Efek Jera
Kemudian, pemaafan dikatakan terpuji bila muncul darinya akibat yang baik, karena ada pemaafan yang tidak menghasilkan perbaikan. Misalnya, ada seorang yang terkenal jahat dan suka membuat kerusakan di mana dia berbuat jahat kepada kita. Bila kita maafkan, dia akan terus berada di atas kejahatannya. Dalam keadaan seperti ini, yang utama tidak memaafkan dan menghukumnya sesuai kejahatannya sehingga dengan ini muncul kebaikan, yaitu efek jera.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t menegaskan: “Melakukan perbaikan adalah wajib, sedangkan memaafkan adalah sunnah. Bila pemaafan mengakibatkan hilangnya perbaikan berarti mendahulukan yang sunnah atas yang wajib. Tentunya syariat ini tidak datang membawa hal yang seperti ini.” (lihat Makarimul Akhlaq karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin hal. 20)
Kemuliaan dari Sikap Memaafkan
- Mendatangkan kecintaan
- Mendapat pembelaan dari Allah
- Memperoleh ampunan dan kecintaan dari Allah
- Mulia di sisi Allah maupun di sisi manusia
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda :
1. “Barangsiapa yang didatangi saudaranya yang hendak meminta maaf ,hendaklah memaafkannya, apakah ia berada dipihak yang benar ataukah yang salah, apabila tidak melakukan hal tersebut (memaafkan) , niscaya tidak akan mendatangi telagaku (di akhirat) (HR Al-Hakim)
2. “Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan (HR Ath-Thabrani)
3. “Barangsiapa senang melihat bangunannya dimuliakan, derajatnya di tingkatkan , maka hendaklah dia mengampuni orang yang bersalah kepadanya, dan menyambung (menghubungi) orang yang pernah memutuskan hubungannya dengan dia “ (HR Al-Hakim)
4. “Jika hari kiamat tiba , terdengarlah suara panggilan, “Manakah orang-orang yang suka mengampuni dosa sesama manusianya?” Datanglah kamu kepada Tuhan-mu dan terimalah pahala-pahalamu .Dan menjadi hak setiap muslim jika ia memaafkan kesalahan orang lain untuk masuk surga.” (HR Adh-Dhahak dari ibnu Abbas Ra)
5. Nabi Muhammad Shalallahu bersabda kepada Uqbah ; “Ya Uqbah maukah engkau kuberitahukan tentang akhlak penghuni dunia akhirat yang paling utama? “Apa itu Ya Rasulullah? . “Yaitu menghubungi orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberi orang yang menahan pemberiannya kepadamu, memaafkan orang-orang yang pernah menganiayamu “ (HR Al-Hakim dari Uqbah bin Amir Al-Juhani )
kemuliaan dari memaafkan kesalahan
6. “Shadaqah –hakikatnya– tidaklah mengurangi harta, dan tidaklah Allah l menambah seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan, dan tiada seorang yang rendah hati (tawadhu’) karena Allah l melainkan diangkat oleh Allah l.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah z)
Posting Komentar untuk "Belajar Memaafkan dan Meminta Maaf"