SAAT KEBOSANAN MELANDA PERKAWINAN,
Mengarungi bahtera rumah tangga selalu diawali dengan komitmen (perjanjian / keterikatan ) utnuk melakukan sesuatu. Komitmenlah yg kelak mengingatkan pada saat perahu itu diterpa gelombang ujian. Sebab komitmen erat kaitanya dengan alasan setiap individu utnuk memilih pasangan hidupnya. Ada banyak alasan untuk menetapkan pilihan. Diantaranya karena kecantikannya, keturunannya hartanya, atau agamanya.
Dalam islam kita dipandu bagaimana kita mencari pasangan hidup, yakni sebaik-baik memilih pasangan hidup adalah agamanya. Hal ini diberitahukan karena rumah tangga bukanlah suatu kehidupan yg bermandi madu, melainkan sebuah dunia yg penuh dengan terpaan badai ujian.
Pelajaran tersebut membuktikan bahwa wajah cantik akan memudar seiring dengan waktu, harta semakin lama semakin menipis, sementara darah keturunan tidak berarti bukan menjadi solusi ketika permasahan datang. Ketiga hal itu akan hilang dengan sendirinya, seiring berjalanya waktu. Bagaimana dengan Cinta?
Memang benar bahwa Cinta adalah bahan yg harus dimiliki oleh setiap pasangan, tapi cinta bukan segalanya. Cinta yg paling baik ternyata bukanlah cinta yang romantis tapi pada sebuah komitmen. Sebab ketika kemesraan mulai memudar, komitmen kepada nilai yg kita yakini (agama) merupakan perekat yg paling kuat. Komitmen yg kokoh dapat menyulut api cinta dan kesetiaan.
Rumah tangga juga mengalami naik turun, orang yg kondisinya mengalir juga akan menemukan kebosanan. Hanya saja masih dalam tingkat yg bisa ditoleransi. Kebosanan bisa terjadi pada siapa saja, manusiawi. Barangkali ini adalah kesempatan untuk berhenti sejenak untuk dipakai sebagai waktu untuk saling intropeksi.
Ketika waktu terus berjalan, usia pernikahan semakin bertambah. Seperti menanam tumbuhan, tanah harus sering dipupuk agar tumbuhan selalu bersemi. Komunikasi harus terus dijaga sebab merupakan modal penting dalam membina rumah tangga.
Ketika rumah tangga dalam bermasalah, tidak seharusnya setiap pasangan sibuk mencari kambing hitam, lalu berlari dari masalah hingga pada ujungnya sibuk mencari kebahagiaan diluar, lupa dengan komitmen dan tujuan awal, keluargapun jadi terlantar. Sebijak mungkin setiap pasangan suami istri harus mampu saling menghargai, saling melengkapi dan terus memupuk kejujuran / sikap terbuka pada pasangan masing-masing. Seringkali kita melalaikan untuk meminta persetujuan terhadap pasangan, padahal sikap ini adalah sikap saling menghormati yg menjadikan pasangan akan selalu menghargai satu sama lain.
Ada tindakan atau perbuatan yg tidak diketahui oleh pasangannya, bahkan ada pula yg sengaja menutupinya. Mungkin ia berpendapat bahwa ini persoalan sepele, dan menganggap kebohongan demi kebaikan adalah lumrah /tindakan yg baik. Namun itu pulalah yg memunculkan kecurigaan, yg akhirnya berujung pada prasangka. Banyak sekali pasangan yg berpisah karena mencurigai pasanganya, dan tidak sedikit yg bercerai karenanya. Karena prasangka akan mengubah sikap dan kepercayaan pasangan.Kebohongan-kebohongann kecil yg terus menerus dilakukan, akan melukai hati dan memupus rasa saling percaya. Rumah tangga menjadi beku, dingin, kering, dan hambar karena tidak ada lagi perhatian dan saling menghargai.
Memang tidak perlu memberitahukan kegiatan secara rinci dan detil, karena kita bukan sedang membuat laporan, tapi ceritakan saja secara global, kelak setelah pulang, berbagilah cerita. Perbuatan ini membuat pasangan kita menjadi sangat berarti. Sebab tidak ada seorangpun di dunia ini yg senang di bohongi. Kejujuran dan sikap saling terbuka akan membuat rumah tangga semakin kokoh walau di terjang badai.
Posting Komentar untuk "SAAT KEBOSANAN MELANDA PERKAWINAN,"