*6
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

menangis - ungkapan perasaan

Kita semua pernah mengalami "menangis" - apakah setelah putus atau hanya setelah hari benar-benar stres, mencurahkan air mata seringkali dapat membuat kita merasa lebih baik dan membantu kita menempatkan hal-hal dalam perspektif. Setiap raga yang memiliki jiwa pasti pernah menangis, setidaknya menangis dalam hati, menangis ketika masih bayi, dan menangis di hadapan Tuhan. Tangisan tidak selalu berarti kerapuhan, kecengengan atau kelemahan seseorang. Jika tangisan bisa melemahkan seseorang, tangisan pun bisa menguatkan ketegaran seseorang untuk berjuang

Menangis tak selalu identik dengan sosok perempuan. Menangis menjadi hal pertama yang bisa dilakukan generasi Adam dan Hawa di bumi ini. Sebelum bisa bicara, sebelum mampu tertawa, sebelum siap berjalan, tangis itu sudah ada pada diri tiap manusia. Tanpa diajarkan pun, semua bayi, semua anak, semua manusia bisa menangis karena tangis merupakan fitrah yang melekat pada kemanusiaan. Tangis merupakan bentuk kepekaan yang bisa menjadi alat pendeteksi perasaan seseorang. Ketika menangis, biarkan menangis, jangan dipendam. Menangis bukanlah kesalahan yang harus dihakimi. Menangis itu kebebasan jiwa untuk mengungkapakan perasaan yang tersimpan, yang tersisa dan terlampias berdasarkan keinginan.

air mata yang tercurah saat menangis bisa saja merupakan ungkapan perasaan atas kebahagiaan, kekecewaan juga kesedihan. Tangis adalah anugerah agar kita senantiasa menyadari fitrah kemanusiaan yang begitu indah, tetapi lemah dan tak berdaya atas kuasa Yang Maha Perkasa. Menjadi refleksi ketiadaan juga keterbatasan, tiada yang sempurna di dunia dan tak ada keabadiaan atas fana, semua yang bernyawa akan binasa.

Kita sering menangis ketika hati terluka, berbagi cerita dan mengadukan sejuta masalah, meminta selaksa kemudahan, memohon segudang rezeki dalam hidup kita atau sekedar menyatakan ketidakmampuan menghadapi cobaan hidup kepada Yang Maha Hiidup. Setelah mengadukan semua kepada-Nya, ada setitik tenang dalam hati, setetes spirit untuk kembali memberdayakan ikhtiar hidup di atas keyakinan akan pertolongan-Nya. Doa, dzikir dan air mata mampu menutrisi hati untuk kembali menafaskan-Nya. Di sanalah fitrah itu berkarya, menumbuhkan rasa sakit, menyisipkan luka dan kecewa, memekarkan kebahagiaan, dalam sebuah tangisan yang bermakna agar kita menyadari eksistensi dan kekuasaan Yang Maha Kuasa. Karena itu, menangis yang utama ialah menangis karena dosa, dan tangis yang sempurna adalah tangisan demi Yang Maha Cinta.

Maka, jangan menghakimi sebuah tangisan dan bijaklah menghadapi tangisan karena kita tak pernah benar-benar tahu dalamnya rasa hati seseorang. Biarkan menangis. Jika tak mampu meredakan, diamlah. Bila tak ingin menyaksikan, tinggalkan sejenak hingga ia menemukan ruang yang tenang. Mungkin ia butuh waktu untuk meluapkan perasaan. Mungkin juga butuh jeda untuk berdamai dengan perasaan dan kenyataan hingga ia mampu untuk mengungkapkan alasan (karena manusia senantiasa mempertanyakan alasan). Itulah bentuk apresiasi atas tangisan, tak perlu selalu dengan kata-kata karena di suatu keadaan sikap dan perlakuan lebih menunjukkan pengertian dan penghargaan. Hidup dan para pemeran cerita kehidupan butuh apresiasi karena dengan mengapresiasi kehidupan kita akan menemukan makna hidup. Memberi apresiasi yang pantas untuk sebuah tangisan pun merupakan wujud memahami dan mengerti hati orang-orang yang kita cintai.

menangis baik tidak hanya akan melepaskan ketegangan fisik dan emosional, tapi akan memperdalam pernapasan Anda. Orang sering berpikir bahwa menangis tidak baik. Memang benar itu tidak akan mengubah dunia luar, tetapi bisa menggeser dunia batin Anda dengan melepaskan ketegangan dan rasa sakit, meningkatkan sirkulasi, yang memungkinkan ruang untuk belas kasih, dan menjaga kita fleksibel dalam emosi kita dan tubuh kita. Tantangan kita adalah untuk dapat menghormati air mata kita dan menangis dengan bebas dan mudah.

Menangislah, tapi jangan menangisi untuk mempertanyakan keadilan Tuhan dalam ekspresi ratapan, serta reaksi ketidakyakinan atas kebesaran Yang Maha Besar. Dengan atau tanpa air mata, tangis tetaplah tangis yang mengekspresikan perasaan atas kenyataan, atas keadaan. Tanpa air mata, kita tidak dapat merasakan penderitaan kita, begitu juga sukacita kita.

Menangislah jika itu membuatmu lebih tenang dan melepaskan sedikit kepenatan dari rumitnya kehidupan. Menangislah jika itu adalah ungkapan dari rasa bahagia setelah selaksa perjuangan yang kamu pertaruhkan. Tidak perlu takut dan malu untuk mengangis, sebab tangis adalah fitrah dan anugerah  yang patut kita syukuri. Tetapi jangan biarkan hatimu tetap lama menangis untuk sesuatu yang akan dan telah melukai hidupmu. Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum – jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis

3 komentar untuk "menangis - ungkapan perasaan"