Bahagia dan Kebahagiaan
Banyak orang mengejar kebahagiaan dengan caranya sendiri- sendiri tanpa mengetahui apa arti bahagia dan kapan rasa bahagia itu muncul. Banyak juga orang berpikir bahwa kebahagiaan itu akan datang jika semua kebutuhanya terpenuhi,meskipun ia tidak menyadari bahwa ia telah memiliki segalanya. Pada kenyataanya, sejauh ini tidak ada orang bisa mengartikan apa itu bahagia, sebab selain bahagia itu relatif pada setiap orang, bahagia-pun tidak bisa di konsepkan seperti yang sering di tulis orang-orang pintar.
Konsep bahagia yang sering di-dengungkan,
hanya bermakna untuk pencapaian suatu keberhasilan pada usaha, pekerjaan, cita-cita dan sebagainya akan tetapi belum tentu hasilnya akan membuat orang bahagia. Manusia pada dasarnya menyukai tantangan, perasa menggebu-gebu untuk menaklukan tantangan, meraih mimpi dengan melakukan segala cara. Akan tetapi pada saat keberhasilan-pun diraih yang ada hanyalah perasaan biasa-biasa saja, lalu kembali mencari tantangan berikutnyanya. mengapa?, sebab manusia tidak pernah merasa puas.
hanya bermakna untuk pencapaian suatu keberhasilan pada usaha, pekerjaan, cita-cita dan sebagainya akan tetapi belum tentu hasilnya akan membuat orang bahagia. Manusia pada dasarnya menyukai tantangan, perasa menggebu-gebu untuk menaklukan tantangan, meraih mimpi dengan melakukan segala cara. Akan tetapi pada saat keberhasilan-pun diraih yang ada hanyalah perasaan biasa-biasa saja, lalu kembali mencari tantangan berikutnyanya. mengapa?, sebab manusia tidak pernah merasa puas.
Kebahagiaan hakiki bukan sekedar mengejar mimpi, tapi memiliki mimpi bisa membuat kita termotivasi untuk bahagia. Kebahagiaan sejati tidak bersumber pada kesempurnaan materi karena materi hanya perantara dan sementara. Kebahagiaan itu terjadi jika kita benar-benar memahami hati, bersahabat dengan hati, mengikuti kata hati, dan menjadikannya energi untuk membuat keadaan dan kenyataan yang kita jalani lebih berarti. Kata hati tak pernah mendustai, menuntun kita kepada kejujuran memahami, mengasah kepekaan untuk merasakan, memberi dan berbagi dengan orang lain, tanpa kepura-puraan dan tanpa ditutup-tutupi.
Banyak cara yang dilakukan orang dengan tujuan dan alasan kebahagiaan. Dari eksploitasi fisik hingga eksplorasi pikiran. Berkutat dengan fakta dan logika, hingga semua hal sering dinilai dengan logis dan tak logis. Kata hati, begitu sering terlupakan dan terabaikan. Padahal, kata hati mampu menuntun kita ke jalan yang tepat. Jalan yang bisa membuat kita merasa bahagia. Meskipun barometer kebahagiaan bagi setiap orang bersifat relatif, kebahagiaan itu sederhana jika kita mau mengikuti kata hati. Diri dan cara kita menyikapi setiap keadaanlah yang sebenarnya sering membuat kebahagiaan itu sirna.
apa saja yang membuat kita tidak bahagia?
Kita tidak bahagia karena kita terlalu banyak keinginan, sehingga kita tidak fokus berproses mencapai satu keinginan, tidak benar-benar memahami apa sebenarnya yang lebih kita butuhkan. Keinginan yang berlebihan adalah nafsu yang mencelakakan dan menimbulkan penyesalan.
Kita tidak bahagia karena kita seringkali berperang dengan diri, merasa tidak puas dengan keadaan dan tidak mampu menerima kenyataan hidup, sehingga kita larut dalam kekecewaan, menyalahkan bahkan mengkambinghitamkan orang lain, dan menyalahkan takdir
Kita tidak bahagia karena kita selalu melihat ke atas, terlalu sering membandingkan diri dengan orang yang lebih tinggi, sehingga selalu merasa kurang dan merasa tidak adil.
Kita tidak bahagia karena kita mencintai kesempurnaan – bukan keutuhan, sehingga sulit menerima kekurangan diri dan orang lain, tidak siap menerima perubahan sesuatu yang kita anggap sempurna, dan ingin selalu mempertahankan kesempurnaan itu.
Kita tidak bahagia karena kita terlalu mencintai kesenangan hidup dan tidak siap menghadapi kesusahan, sehingga kita tidak memiliki keterampilan dan keahlian untuk menghadapi kekecewaan dan masalah. Padahal, masalah dan kepahitan merupakan guru kehidupan yang bisa membuat pencerahan
Kita tidak bahagia karena kita sering berburuk sangka kepada Yang Maha Menentukan, selalu menerka-nerka yang akan terjadi, cemas, gelisah dan takut, sehingga kepercayaan dan keyakinan kita goyah, bahkan hilang
Semua hal yang membuat kita tidak bahagia sebenarnya bersumber dari diri kita sendiri. Dominasi persepsi dan cara pandang yang keliru seringkali menguasai diri daripada kata hati. Padahal, cara untuk bahagia ada pada hati, yaitu keikhlasan hati untuk menerima dan mensyukuri yang ada, serta sabar menghadapi kenyataan.
Ikhlas adalah keterampilan kita untuk berpasrah dan berserah diri. Keikhlasan hati merupakan energi tertinggi yang akan memotivasi diri untuk menyempurnakan ikhtiar, serta kepasrahan diri kepada Yang Maha Memberi.
Energi ikhlas akan bersinergi dengan rasa syukur dan kesabaran, sehingga melahirkan bahagia di hati kita. Sabar menghadapi ketidaksesuaian antara keinginan dengan kenyataan dan mensyukuri yang Allah SWT berikan merupakan strategi untuk mengubah kegelisahan menjadi ketenangan, mengambil hikmah dari musibah, mereduksi kesedihan menjadi kebahagian, mengevaluasi dan memperbaiki kesalahan, serta merevolusikan hati menjadi lebih indah.
Keikhlasan, kesabaran dan rasa syukur ini akan menimbulkan keajaiban berupa tumbuhnya perasaan-perasaan positif yang menentramkan hati seperti kejujuran, keterbukaan hati dan pikiran, kerelaan untuk memberi dan berbagi, pemahaman atas jati diri dan kesadaran untuk memiliki tujuan hidup, sehingga dapat merasakan kebermaknaan hidup dan menghayati nikmatnya hidup. Sifat- sifat hati yang seperti ini yang bisa membuat kita bahagia. Kebahagiaan sejati yang mungkin bisa membuat kecerdasan spiritual kita tumbuh dan teraplikasikan dengan baik.
Setiap manusia boleh menentukan target dan mencapainya karena sesungguhnya manifestasi dari keikhlasan ialah menyempurnakan ikhtiar, berpasrah diri, serta ridho dengan kenyataan atau hasil yang dicapai. Memang mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan. Namun, ikhlas, sabar dan bersyukur merupakan proses belajar dan berlatih sepanjang hidup kita untuk senantiasa merasa bahagia. Dimulai dari kita dan saat ini juga. Semoga hati kita selembut sutra dan sekokoh baja, mudah tersentuh percikan iman dan tetesan hidayah, serta menetap dalam keteguhan iman
Banyak orang yang mengejar dunianya dan kehilangan kebahagiaan. Perbedaannya adalah pada tujuan akhir. Ketika materi itu telah menjadi tujuan akhir, bukan cuma sebatas proses, maka habislah kita terjebak dalam materialisme tersebut. Setiap orang memiliki nilai tersendiri untuk bahagia
Kebahagiaan bersumber dari dalam diri kita sendiri. Jikalau berharap dari orang lain, maka bersiaplah untuk ditinggalkan, bersiaplah untuk dikhianati. Kita akan bahagia bila kita bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri,mau mencintai orang lain, dan mau menerima orang lain.
Percayalah kepada Allah, dan bersyukurlah kepada-Nya, bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita, tak perlu berkeras hati. Ia akan memberi kita di saat yang tepat apa yang kita butuhkan, meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari. Berusaha dan bahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang.
Sesungguhnya pola pikir kita yang menentukan apakah kita bahagia atau tidak, bukan faktor luar. Bahagia atau tidak hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa kaya dirimu, secantik apa istrimu, atau sesukses apa hidupmu.
Bahagia adalah pilihanmu sendiri. Karena itu, bersyukurlah dan berterima kasih-lah pada Allah dan pada orang-orang / sesuatu yang membuatmu bahagia. Kita tidak bisa mengambil semua atau memiliki semua sesuai keinginan kita karena bahagia tidak pernah mengambil semuanya. Sedikit kita syukuri, di-beri banyak kita ingkari. Berbahagialah dengan apa yang sudah kamu milki sebelum kebahagiaan di-duniamu di batasi oleh batu nisan.
( juli 2011
( juli 2011
Posting Komentar untuk "Bahagia dan Kebahagiaan"