*6
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bahagiakan Orang Tuamu


Apa yang kita tanam itulah yang kita petik, Bagaimana cara perlakuan kita terhadap kedua orang tua, begitulah nantinya cara perlakuan anak kita terhadap diri kita.

Dari anak-anak, remaja, dewasa, menjadi orang tua dan menjadi tua, merupakan siklus kehidupan yang akan dijalani semua orang. Orang tua, ibu-bapak, mama-papa, dua manusia yang berbeda ini  adalah bagian sejarah terpenting dalam kehidupan seorang anak. Siapa dan bagaimana keadaan orang tua kita, mereka adalah pahlawan sejak saat kita baru hadir dimuka bumi, menyusupkan kasih sayang dan doa melalui aliran darah yang akan terus menghiasi warna kehidupan kita. Meski tidak sedikit anak-anak terlantar atau ditelantarkan kedua orang tuanya, namun suka atau tidak suka, tapi karena merekalah kita ada
.
Menjadi orang tua  yang baik itu tidaklah mudah. Perlu kita renungkan, sejak kita baru lahir, orang tua sudah direpotkan membantu ketidak-berdayaan kita untuk melakukan aktivitas ringan yang sudah bisa dilakukan anak usia pra-remaja. Mendidik, merawat, memberi makan-minum hingga memfasilitasi pendidikan sekolah, yang semuanya kita dapat cuma-cuma (gratis) dari kedua orang kita. Sungguh-sungguh suatu pengorbanan yang tidak bisa dinilai dengan materi bahkan kita tidak akan mampu membalas setimpal seperti pengorbanan mereka.

Meskipun kita paham bahwa pengorbanan itu adalah merupakan kewajiban orang tua terhadap anaknya, akan tetapi bukankah itu wujud kasih sayang mereka yang sering kita lupakan. Siang malam, tak henti-hentinya mereka berjuang semata ingin melihat anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik dan sempurna. Banyak kasus yang terjadi, seorang anak menyalahkan kedua orang tuanya karena tidak bisa mengeyam sekolah tinggi, hidup mewah, salah pergaulan, dan lain sebagainya. Dan yang lebih parah lagi, nama kedua orang tua akan tetap melekat kepada sianak ketika anak tersebut melakukan aktifitas diluar kewajaran, tidak sesuai norma agama. Pertanyaan masyarakat-pun bermunculan "anak siapa?" apa tidak pernah dididik orang tuanya" dan sederet pertanyaan lainya yang akan mempermalukan kedua orang tuanya. Sadarkah kita?

Apa sih yang tidak ada buat anak selagi orang tuanya mampu menuruti keinginan anaknya? Pernahkah kita mengingat kembali beberapa bentuk kebohongan-kebohongan yang terpaksa dilakukan orang tua terhadap anaknya? Ketika seorang ibu harus berkata bohong "Makanlah nak, ibu sudah kenyang", padahal disaat itu ibu sedang kelaparan, atau seorang Bapak yang terpaksa tidak jujur "ini bapak belikan sepatu barumu,nak - bapak dapat rejeki sedikit" mungkin saja saat itu bapaknya terpaksa berhutang sana-sini, semata ingin melihat anaknya bahagia. Dan mungkin masih banyak kebohongan-kebohongan lainnya yang terpaksa mereka lakukan dan kita sebagai anak hanya tahu bahwa yang kita inginkan pasti ada / dituruti, tidak pernah peduli dan tidak mau tahu bagaimana cara orang tuanya mewujudakan keinginan anaknya. Masih tidak sadarkah kita?

Orang tua kita hanyalah manusia biasa. Tidak bisa kita tuntut menjadi seorang malaikat, menjadi orang yang sempurna. Jika orang tua hanya mampu menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan SMP, SMA, tidak mampu memberikan kemewahan dan kemudahan fasilitas, atau menyebabkan kita salah pergaulan, bukankah dari kecil kita sudah diberikan pendidikan yang baik meski terkadang mereka tidak punya banyak waktu untuk memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap anaknya. Mereka sibuk mencari nafkah, semata untuk anak dan keluarganya bukan karena mereka lalai atau tidak sayang.

Seringkali kita hanya melihat/mengingat kesalahan yang sedikit dan melupakan jasa baik mereka. Seorang anak yang dengan mudahnya mengeluarkan kata-kata kasar terhadap orang tuanya, membantah, membangkang, dan melakukan perbuatan-perbuatan terlarang semata ingin mencari perhatian. Tuntutan-tuntutan anak yang tiada hentinya yang bisa berakibat fatal terhadap kondisi fisik dan jiwa orang tua. Berapa banyak lagi penderitaan yang akan kita tanamkan pada kedua orang tua akibat kelakuan kita? Tidak-kah kita bosan untuk tidak membuat kerepotan, kekacauan? Pernahkah kita meluangkan sedikit waktu untuk mereka, memberikan ketenangan dan kenyamanan dari tuntutan dan kelakuan-kelakuan kita yang telah menghabiskan tenaga dan pikiran orang tua kita?

Sekejam-kejam orang tua, mereka tidak akan pernah mencelakakan anaknya, tidak pernah berniat memasukan anaknya kedalam jurang kehancuran. Larangan, hentakan atau pukulan, semata mereka ingin menjadikan kita, anaknya, menjadi manusia yang bermoral dan beriman. Seorang bapak yang berprofesi sebagai pencuri atau preman sekalipun, tidak pernah menginginkan anaknya mengikuti profesinya. Lika-liku dan rumitnya kehidupan, terkadang membuat orang tua harus menjalani kehidupan diluar jalur, diluar kaidah dan norma yang dianggap baik. Mengapa dan kenapa? Pada saatnya nanti kita akan tahu dan paham, ketika kita telah menjadi orang tua.

Bahagiakanlah orang tuamu. Mereka tidak pernah menuntut banyak. Jika tidak mampu memberikan hadiah-hadiah kecil, materi,dsb, cukuplah dengan tidak lagi menjejali pikiran mereka dengan cerita-cerita yang kurang menarik tentang kenakalan-kenakalan kita, tentang kehidupan rumah tangga kita yang kurang enak didengar. Mereka sudah terlalu lelah dan capek merawat dan mendidik kita. Selagi orang tua masih hidup, berbaktilah dan berbuat baiklah. Jangan berharap Tuhan akan baik dengan kita jika kita sering menyakiti mereka dengan kata-kata pedas.

Agama apapun, selalu mewajibkan seorang anak untuk berlaku baik terhadap kedua orang tuanya.  Jika kita menjadi anak yang baik, berbakti pada orang tua, selalu berusaha menyenangkan hati mereka, apapun jalan kehidupan yang akan kita tempuh, akan mudah dan lancar. Sebab ridho orang tua adalah ridho Tuhan. Tuhan selalu melihat dan mempertimbangkan segala sesuatunya. Jangan berharap dianugerahi anak yang baik jika kita sendiri tidak berlaku baik terhadap kedua orang tua kita. Jangan berharap anak-anak akan merawat kita diwaktu tua, jika kita sendiri menelantarkan orang tua kita dan menitipkan mereka ke Panti jompo. Apa yang kita tanam itulah yang kita petik, bagaimana cara perlakuan kita terhadap orang tua kita, begitulah nantinya perlakuan anak kita terhadap diri kita.

Berikut ini nasehat bijak tentang orang tua dan anak yang saya kutip dari berbagai sumber :

- Figur seorang ayah itu sangat penting di mata Tuhan namun di dunia ini figur seorang ayah seringkali didapati tidak menjadi teladan bagi anak-anaknya sehingga banyak anak-anak muda bahkan orang tua sekalipun telah kehilangan figur seorang ayah. Mungkin kebanyakan ayah merasa bahwa mereka sudah memenuhi kebutuhan materi keluarganya, menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya namun sebenarnya figur seorang ayah bukan hanya soal menghidupi keluarga dengan materi. Seorang ayah sejati harus bisa menjadi perwujudan keberadaan Tuhan di dunia. Jika seorang anak dapat mengenal figur ayahnya dengan baik maka hubungan anak tersebut dengan Penciptanya pasti sangat baik.

- Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu

- Jangan membuat seorang anak harus mengalah karena dia perempuan, karena dia paling kecil atau dia paling besar, yg benar dibela, yg salah ditegor, apapun gendernya dan nomor berapapun anak itu. Jika dia harus mengalah karena dia perempuan, nanti dia menyesal lahir sebagai perempuan dan citra diri kewanitaanya bisa tidak tumbuh sebagaimana seharusnya dan akan menjadi kelaki-lakian, (dan sebaliknya). 

- Jika tidak ada angin, layang-layang tidak tidak bisa naik. Layang-layang tidak terbang mengikuti angin, tetapi menghadap arah angin. Satu-satunya yg harus diperhatikan adalah, benangnya tetap terikat di layang-layang dan tersambung ke pemilik layang-layang. Selama kita terhubung ke pemilik hidup kita, yaitu Tuhan, masalah apapun, tidak membuat kita hancur atau mati. Sama seperti pemilik layang-layang, jika dia tahu angin terlalu kencang atau ada hujan, dia akan menurunkan, menyimpan dan dinaikkan lagi di waktu yg lain

- IBU

Aku mempunyai pasangan hidup…
Saat senang..aku cari pasanganku..
Saat sedih..aku cari ibu..

Saat sukses..aku ceritakan pada pasanganku..
Saat gagal..aku ceritakan pada ibu..

Saat bahagia..aku peluk erat pasanganku..
Saat sedih..aku peluk erat ibuku..

Saat liburan..aku ajak pasanganku..
Saat sibuk..anak-ana k kuantar ke rumah ibu..

Selalu..aku ingat pasanganku..
Selalu..ibu yang ingat kepadaku..

Setiap saat..aku telpon pasanganku..
Kalau ingat..aku akan telpon ibu..

Selalu..aku belikan hadiah untuk pasanganku.
Entah kapan aku akan belikan hadiah untuk ibu..

Kalau kau sedang mendapat rezki dari gajian..bolehka h kau kirim uang untuk ibu..? Untuk menutupi kebutuhan ibu..? Karena ibu sudah tidak berpeluang lagi dan sudah tadak berdaya lagi untuk mencarinya…
Ibu tidak minta banyak nak..

Berderai air mata jika kita mendengarnya….
Padahal dulu ketika kita masih kecil..seberapa pun rezki yang didapat ibu selalu tertuju dari ingatan ibuku adalah untuk aku anaknya..
untuk anakku dan hampir semua yang didapat ib..untuk membahagiakanku dan membuatku senang…

Tapi ketika ibu sudah tiada….
Barulah hadir rasa sesal dan ucapan..Ibu aku RINDU…. AKU RINDUUU…. SANGAT RINDU….

Berapa banyak anak yang sanggup menyuapi ibu ketika ia sakit…?
Berapa banyak anak yang sanggup menyeka dan membersihkan muntah ibu…?
Berapa banyak anak yang sanggup mengganti lampin ibu…?
Berapa banyak anak yang sanggup membersihkan najis ibu…?
Berapa banyak anak yang sanggup membuang ulat dan membersihkan luka kudis ibu…?
Berapa banyak anak yang sanggup berhenti kerja untuk menjaga ibu…?
Berapa banyak anak yang bisa “tanpa rasa kesal, kasar dan bosan” untuk memberikan perhatian dan merawat ibu setiap hari…?
Dan
Berapa banyak anak yang bisa memandikan dan men-shalat-kan JENAZAH ibunya……????? Astaghfirullaah ….
jauhkan hamba dari segala perbuatan yang mengecewakan hati Ibuku dan apabila itu pernah terjadi bukakan pintu hati ibuku untuk memaafkanku…
Yaa Rabb. sesungguhnya ridha ibuku adalah ridha-Mu..( mutiara Qolbu)

2 komentar untuk "Bahagiakan Orang Tuamu"