*6
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ayoo...Berhentilah Jadi Karyawan

Ada perasaan menggelitik, tergugah untuk memposting artikel ini, semacam berbagi rasa dan motivasi, ketika salah satu pengunjung memberi komentar di blog http://melia168.blogspot.com dan meminta nasehat saya via handphone. Pada intinya, ia meminta saya mencarikan solusi tentang masa depan. Semoga orang yang saya maksud, masih berkenan mampir dan menyempatkan waktu membaca artikel ini.


Saya pernah membaca dalam salah satu nasehat Islam " masa mudamu adalah cerminan masa tuamu ", yang menurut terjemahan saya adalah ' jika sedari kecil kita terbiasa menabung, Insya Allah masa tuanya untung' - ' jika masa muda terbiasa nakal,mabuk,berjudi,dsb maka kebiasaan itu akan terulang kembali dimasa tua'. Mohon dikoreksi bila saya salah menterjemahkannya. Nasehat dan menasehati adalah kewajiban kita sebagai sesama manusia untuk saling mengingatkan, mempererat tali silaturahim.

Bukan orang waras jika ada seseorang yang ingin merugi dunia akherat. Sukses, bahagia, kaya raya, sehat jasmani rohani merupakan idaman setiap insan. Namun untuk mencapai tahap tersebut, tentu saja butuh perjuangan panjang. Banyak orang sukses harus mengalami jatuh bangun berkali-kali dalam merintis karirnya, tidak sedikit orang yang dikasih label Nakal dimata masyarakat, harus menahan sabar atas kecaman,tuduhan untuk menjadi orang baik-baik. Semua pergumulan tersebut adalah proses belajar dan pembelajaran dalam merancang masa depan gemilang.

Terkait masalah teman tersebut, perlu kita renungkan bahwa hampir 12tahun lamanya kita mengenyam pendidikan sekolah formal, dari SD - SMA. jika ditambahkan lagi dengan +4th mendapatkan gelar Sarjana, berarti 16th lamanya kita hanya mencari ilmu dan mungkin saja belum sempat mempraktekannya. Lalu berapakah nominal yang sudah dikeluarkan orang tua kita dalam masa pendidikan tersebut? Tidak ada yang tahu, kebanyakn yang kita tahu hanyalah bisa lulus dan mendapat setifikat / ijazah, lalu sibuk sana sini dengan merancang diri menjadi seorang karyawan/pegawai.

Alhasil, pribadi kita dibangun oleh penilaian masyarakat yang bermacam sudut pandang "wah, sarjana kok nganggur ya?", 'buat apa sekolah kalo cuma jadi karyawan bagian office boy,cleaning service', dan lain sebagainya. Seakan-akan orang yang memiliki ijazah (khususnya sarjana) diharuskan memiliki jabatan penting atau paling tidak ada status sosial menjadi  'karyawan/pegawai kantoran'. Sebegitu hebatkah label 'karyawan' dimata masyarakat, atau jangan-jangan kita sendiri sudah gerah, bosan menjadi karyawan, namun tetap betah bertahan hanya karena pandangan masyarakat? Wallahualam

Berhentilah Menjadi Karyawan. Jangan lama-lama jadi karyawan!!! Apa enaknya jadi karyawan? Setiap hari  diatur harus ngantor jam 08.00wib pagi dan pulang jam 05.00wib sore lalu kebagian maghrib dijalan. Jadi karyawan itu hanya meng-enakan pemilik perusahaan , anda pontang-panting dikejar target pekerjaan, kerja tidak beres dapat omelan dan surat peringatan, kerja bagus tidak dapat pujian, boro-boro mau naik jabatan, gaji saja cuma naik pada waktu lebaran, itu juga karena te-ha-er-an. 

Meski keadaanya begitu, masih saja jutaan sarjana mengharap kesempatan menjadi karyawan. Adalah lagu lama yang sering kita dengar bahwa jika untuk menjadi PNS / pegawai negri sipil harus merogoh uang paling sedikit Rp.50jt-Rp100jtan, bahkan dari cerita sebrang lautan lainnya, jika ingin menjadi TKI / kerja diluar negri butuh kurs dollar yang tidak sedikit. Yang sangat menyedihkan lagi, banyak sarjana Indonesia lulusan S2 luar negri, pulang kekampun halaman hanya ingin bercita-cita jadi PNS, dan malah jadi penganguran.

Jika berpikir dengan menggunakan akal sehat, uang 50jt-100jtan untuk jadi PNS, sama saja melatih diri melakukan korupsi. Bagaimana tidak, uang yang sudah dikekuarkan,tentu dituntut cepat balik modal, salah satunya dengan melakukan kerja tidak halal. Jika saja uang tersebut dimanfaatkan untuk berwiraswasta dan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, sama halnya mendidik diri menjadi manusia mandiri, berdikari,bertanggung jawab, menghindari dari status karyawan dan merancang kemampuan menjadi Pengusaha sukses.

Ayo, berhentilah bermimpi menjadi karyawan atau paling tidak cepat-cepatlah pensiun dari karyawan. Kita belajar disekolah tidak dididik bagaimana cara mencari duit dan mendapatkan penghasilan melimpah. Pendidikan formal sekedar modal awal untuk membuka wawasan pikiran dan sosial, selebihnya diri kita sendirilah yang membentuk,mengusahakan keberhasilan itu. Berakit-rakit dahulu,berenang-renang kemudian-bersakit-sakit dahulu-bersenang-senang kemudian.

1 komentar untuk "Ayoo...Berhentilah Jadi Karyawan"